Go back to view gallery

Kolaborasi dan Kontestasi

Lori Sebangau (Kalimantan Tengah, Indonesia)

Sebuah lori bekas logging tengah mengangkut seorang anggota dari Borneo Nature Foundation (BNF) melintasi kabut asap tebal menuju ke hutan Sebangau di Kalimantan Tengah, Indonesia.

Lahan gambut Indonesia yang merupakan tempat sebagian besar orangutan hidup, sering mengalami kebakaran dan kerusakan hutan karena kekeringan yang disebabkan oleh El Niño. Pada tahun 2015, hampir 125.000 titik api terdeteksi di lahan gambut di Pulau Sumatra, Borneo, dan daerah Papua di Indonesia. Dampak dari kebakaran gambut yang berulang ini dapat dirasakan pada skala lokal sampai global. Luasnya hutan yang terbakar berakibat pada hilangnya keanekaragaman hayati, meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca yang terlepas ke atmosfer, munculnya kabut asap beracun yang menyebabkan penyakit pernapasan dan kematian dini, hingga mengganggu perekonomian lokal maupun regional.

Pada tahun 1990-an, hutan rawa gambut tropis Sebangau di bagian ini adalah wilayah konsesi pemanfaatan hasil hutan kayu. Jalur lori sepanjang 12 km untuk logging dibangun agar memungkinkan perusahaan untuk mengeluarkan kayu dari hutan rawa. Orang-orang juga menggali untuk membuat kanal agar dapat mengeluarkan kayu gelondongan di saat permukaan air naik. Penebangan pohon dan pembangunan kanal membuat hidrologi hutan rawa gambut  berubah secara drastis. Hilangnya fungsi alami dari hutan rawa gambut yang bersifat menyerupai spons/busa yang mampu menyerap air, mengakibatkan kawasan tersebut rawan terhadap banjir besar di saat musim hujan dan, sebaliknya, di musim kemarau menjadi sangat rentan terhadap bencana kebakaran. Kini, Sebangau menjadi Taman Nasional terluas di Kalimantan. Hal ini menjadikan Sebangau sebagai rumah bagi populasi orangutan Borneo terbesar (sekitar 6.000 ekor) yang keberadaannya terus dilindungi. Bekas kamp logging telah dialihfungsikan menjadi sebuah fasilitas permanen untuk tujuan penelitian. Saat ini, lori yang dulunya milik perusahaan kayu telah dipergunakan untuk membawa staf lapangan, pegiat konservasi, para peneliti beserta perlengkapan mereka. Dengan demikian, lori dialihfungsikan untuk memfasilitasi bentuk-bentuk baru kolaborasi antar manusia yang bersifat more-than-human atau lebih dari sekedar manusia.

Site by Platform Twenty Ltd.