Using Ethnographic Research for Social Engagement: A Toolkit for Orangutan (and Other) Conservationists
Liana Chua, Viola Schreer & Paul Hasan Thung (Global Lives of the Orangutan & POKOK)
English pdf Bahasa Indonesia pdf
In recent years there’s been a growing recognition that conservation is as much about humans as about nonhuman species, landscapes, and ecosystems. Ethnographic research methods offer one important way of learning about and working with the many social, political, economic and cultural dimensions of conservation. These methods aim to create a holistic understanding of people’s everyday interactions; their perspectives on important issues, such as land rights, development, conservation and the state; and—where relevant—their previous or current experiences of conservation programmes, projects and practitioners. But what do these methods involve, and when and how can they be used effectively and ethically by conservationists?
Using Ethnographic Research for Social Engagement aims to answer some of these questions. Drawing on our fieldwork experience and research on human-orangutan-conservation interactions in rural Borneo, it offers an introduction to key social concerns in conservation, an overview of the principles of ethnographic research, a guide to some of its key methods and approaches (illustrated with case studies), and tips on analysing and reporting ethnographic findings. While grounded in a specific Southeast Asian context, it contains material that is more broadly relevant to conservationists seeking to understand and engage seriously with the social complexities that shape their work and strategies.
The toolkit is organised around four themed chapters:
- Chapter 1 identifies common challenges faced by conservation projects when seeking to engage local communities;
- Chapter 2 lays out some basic considerations and guidelines for planning social research and community engagement programmes in rural areas;
- Chapter 3 provides an overview of the principles of ethnographic research, and introduces three main methods – participant-observation, semi-structured interviews, and visual or sensory elicitation;
- Chapter 4 offers pointers on analysing and writing up ethnographic data.
N.B. It is important not to assume the right or entitlement to work in specific areas, and any research or interventions should only proceed with the free, prior and informed consent of the relevant communities. We also recommend collaborating with local experts and social scientists – and doing so from the very beginning. However, in situations where this is not possible, we hope that this toolkit will be of practical use to both people working in orangutan conservation and conservation practitioners more generally.
This toolkit is available in both English and Bahasa Indonesia. Its contents may be used, reproduced and/or translated in part or in full. Please give appropriate credit to the authors and the Global Lives of the Orangutan & POKOK projects. Feedback is very welcome and can be sent to Liana Chua, lclc2 [at] cam.ac.uk.
Menggunakan Penelitian Etnografi dalam Rangka Pelibatan Masyarakat: Panduan Toolkit untuk Para Pelaku Konservasi Orang Utan dan Pegiat Konservasi Lainnya
Liana Chua, Viola Schreer & Paul Hasan Thung (The Global Lives of the orang utan & POKOK)
Dalam beberapa dekade terakhir, ranah konservasi terus berkembang, tidak hanya tentang spesies non-manusia, bentang alam dan ekosistem, namun ide tentang konservasi juga memandang penting peran manusia di dalamnya. Salah satu cara terbaik untuk mempelajari berbagai dimensi tentang konservasi adalah dengan menggunakan metode etnografi. Metode ini dapat membantu dalam memahami konservasi dari dimensi sosial, politik, ekonomi dan budaya. Tujuan dari metode-metode etnografi tersebut adalah agar dapat membantu dalam menciptakan pemahaman holistik tentang interaksi kehidupan sehari-hari masyarakat; perspektif masyarakat tentang isu-isu penting seperti hak atas tanah, pembangunan, konservasi, dan negara, dan jika relevan; pengalaman masyarakat baik yang lampau maupun terkini terkait program konservasi, proyek konservasi dan pengalaman mereka berhubungan dengan para praktisi konservasi. Namun, melibatkan apa saja sebenarnya metode etnografi tersebut, serta kapan dan bagaimana etnografi dapat digunakan secara efektif dan etis oleh para pelaku konservasi?
Tujuan “Menggunakan Penelitian Etnografi dalam Rangka Pelibatan Masyarakat” adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan esensial tersebut yang telah tertuang di dalam toolkit. Pengalaman dan hasil penelitian kami tentang interaksi antara manusia, orang utan, dan konservasi di pedesaan di pulau Borneo menjadi dasar penyusunan toolkit ini. Di sini kami menyampaikan beberapa isu sosial yang terkait dengan konservasi, serta menyajikan gambaran umum tentang prinsip-prinsip penelitian etnografi. Panduan ini juga dilengkapi dengan kumpulan metode dan pendekatan kunci (diilustrasikan dengan beberapa studi kasus), serta saran dan pertimbangan dalam menganalisis dan menyusun laporan hasil temuan penelitian etnografi. Meskipun penyusunannya berdasarkan kajian konteks spesifik dari Asia Tenggara, toolkit ini bisa menjadi panduan praktis yang cocok digunakan secara lebih umum oleh para pelaku konservasi yang ingin mengerti dan merangkul kompleksitas sosial yang memengaruhi pekerjaan dan strategi kerja mereka.
Toolkit ini terdiri atas empat bab:
- Bab 1 mengidentifikasi tantangan yang umumnya bakal dihadapi oleh proyek-proyek konservasi yang ingin melibatkan masyarakat lokal.
- Bab 2 memaparkan tentang beberapa pertimbangan dan pedoman dasar dalam merencanakan penelitian sosial dan program pelibatan masyarakat di pedesaan.
- Bab 3 menyajikan gambaran umum tentang prinsip-prinsip penelitian etnografi serta memperkenalkan tiga metode utamanya, yaitu: observasi partisipan, wawancara semi terstruktur, dan elisitasi visual atau sensorik.
- Bab 4 memberi arahan tentang cara menganalisis dan menulis data etnografi.
Catatan tambahan: Penting untuk tidak berasumsi bahwa Anda berhak atau lebih pantas untuk bekerja di wilayah tertentu. Setiap penelitian atau intervensi yang hendak dijalankan harus mendapatkan Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan atau FPIC (Free, Prior, and Informed Consent) oleh pihak masyarakat setempat. Di awal kegiatan, kami juga menyarankan agar pihak pelaku konservasi berkolaborasi dengan pakar ilmu sosial yang terlatih dan terbiasa menggunakan metode-metode etnografi. Akan tetapi, dalam situasi di mana kolaborasi tidak memungkinkan atau mustahil untuk dilakukan, toolkit ini bisa menjadi panduan praktis yang cocok digunakan baik oleh orang yang bekerja di konservasi orang utan maupun para praktisi konservasi lainnya.
Toolkit ini tersedia dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Konten dari toolkit ini dapat digunakan, direproduksi, dan diterjemahkan sebagian atau seluruhnya. Berikanlah kredit, pengakuan dan penghargaan, kepada setiap penulis dan juga kepada proyek the Global Lives of the Orangutan & POKOK. Kami juga menerima berbagai masukan, yang mana bisa disampaikan langsung kepada Liana Chua, melalui email lclc2 [at] cam.ac.uk.
© 2022 by Liana Chua, Viola Schreer and Paul Hasan Thung
Jointly created by the Global Lives of the Orangutan (globallivesoftheorangutan.org) and POKOK (pokokborneo.wordpress.com) projects. Our research has received funding from the European Research Council (Starting Grant no. 758494), the Arcus Foundation Great Apes Program and Brunel University London.
Designed by Ink & Water.